5W 1H

Pernah suatu sore aku ngobrol ama sodara yang baru balik dari kuliah di Surabaya. Ni anak kuliah di jurusan informatika komputer. Tapi tertarik dengan fotografi. Dan kebanyakan tema pembicaraannya sekarang ini banyak di bidang publikasi dan fotografi.
Sebenarnya sech, waktu itu aku nanya kira kira butuh kamera berapa mega pixel agar bisa menghasilkan gambar yang layak dijual.
Pembicaraan berlanjut panjang, karena ndak berhenti cuma di kualitas gambar. Lha aku yang beruntung jadi OP warnet dan berkutat dengan internet, banyak terbantu dari pembicaraan tersebut.
Pada dasarnya memang gambar jenis apa dulu yang akan kita jual. Kalo dijual kepada penyampai berita seperti media cetak dan stasiun televisi, memang pada dasarnya faktor utama adalah "momentum".
Jika hanya anda sendiri yang saat itu merekam suatu peristiwa penting, tentu saja hasil rekaman anda, bagaimanapun kualitasnya pasti diburu oleh penyampai berita. Dan tentu saja dengan otomatis, hasil rekaman anda akan mahal harganya.
Dan akhirnya pembicaraan kami berlanjut dengan unsur unsur utama penyampaian berita.
Dia bilang : "Yang penting yang akan disampaikan itu punya unsur 5W 1H mas.."
Wqeqeqeqe... Sesuatu yang baru aku dapat dari bocah yang dulunya nangis kalau aku mandiin. wqeqeqeqeqe... (jadi sadar kalau aku dah tua...) :-(

Dan karena aku seorang OP yang sehari hari didepan internet, dengan segera pembicaraan tersebut aku tindak lanjuti dengan browsing dan nanya oom Google agar mengerti dengan detail hal tersebut.

Begitu banyak jenis tulisan kalau kita mau menggolong-golongkannya. Ada fiksi dan nonfiksi. Ada berita hardnews dan analisa. Ada pula biografi, esai, artikel, skrip radio dan teve, editorial, weblog, surat cinta dan segudang lainnya. Jangan lupa, ada yang berkaitan dengan bisnis, seperti surat penawaran, minutes meeting, dan ribuan jenis business letter.

Lupakan dulu kategorisasi yang memusingkan kepala. Karena sebagian besar jenis tulisan bisa dikatakan baik dan benar bila memenuhi rumus baku yang sama. Yakni 5W + 1H.

Rumus macam apa itu? Sederhana sekali:

W1 = What
W2 = Who
W3 = When
W4 = Where
W5 = Why
H = How

WHAT adalah apa yang akan kita tulis. Tema apa yang ingin kita ungkapkan. Hal apa yang ingin kita tuangkan dalam tulisan. What ini bisa apa saja. Bisa soal “Lumpur Lapindo yang tidak selesai-selesai”, “Situs porno diharamkan dan akan diblokir Pemerintah”, “Bagaimana bisa menjadi kaya, sukses sekaligus mulia?” atau topik yang sedang hot di dunia gosip: “Apakah anak kandung Mayangsari juga anak kandung Bambang Tri?”.

What yang kita tentukan ini akan menjadi dasar untuk 4W lainnya. Mari kita ambil topik mengenai Mayangsari saja. Mumpung masih hangat.

WHO adalah siapa tokoh yang menjadi tokoh utama di WHAT. Dalam studi kasus ini, who-nya minimal bisa tiga tokoh: Mayangsari, Bambang Trihatmodjo, dan sang anak yang baru berusia dua tahun: Khirani Siti Hartina Trihatmodjo. Yang pertama dan kedua sudah amat terkenal. Sosok mereka sudah tertulis di mana-mana.

Meski Who is Mayangsari sudah banyak yang tahu, masih banyak sisi lain yang menarik untuk dieksplorasi. Bahkan kebungkamannya mengenai tes DNA anaknya, menjadikan sosoknya makin layak tulis, sampai-sampai bagaimana ia merayakan ulang tahun anaknya secara diam-diam dan bagaimana ia menjenguk ibunya di rumah sakit dijadikan bahan pemberitaan. Suasananya hati Mayangsari digali dengan baik sehingga makin menegaskan sosoknya dalam menghadapi isu anak kandungnya.

Buat kita, yang tidak perlu jadi wartawan untuk bisa menulis sebaik mereka, Who harus menjadi bagian yang berkaitan dengan What. Kalau kita ketemu Who yang tidak dikenal target pembaca kita, maka kita harus mengupasnya dengan baik sehingga jelas keterkaitannya dengan What.

WHEN adalah waktu kejadian WHAT. Ini yang sering diabaikan oleh banyak penulis pemula. Kapan kejadiannya akan memberi tambahan informasi dan imajinasi pembacanya.

WHERE adalah tempat kejadian WHAT. Meski kelihatannya sepele, tempat kejadian ini punya makna. Ketika Jose Mourinho berkunjung ke Milan tiga hari lalu misalnya, segera merebak isu ia mau pindah ke Inter Milan. Coba kalau ia perginya ke Bali, kemungkinan besar tak akan ada isu itu.

WHY adalah mengapa terjadi WHAT. Ini yang paling menarik karena bisa dikupas dari berbagai sudut. “Permintaan tes DNA keluarga mantan presiden Soeharto terhadap anak Mayangsari” bisa dikupas dari sisi hukum, keluarga maupun pribadi. Bahkan kalau mau diseret jauh hingga ke dunia mistis, misalnya minta diteropong oleh ahli nujum.

HOW adalah bagaimana WHAT terjadi, bagaimana prosesnya, lika-likunya, dan sejenisnya. Bagaimana kita menceritakan kepada orang lain runutan peristiwa itulah yang disebut HOW. Dan disinilah biasanya terlihat, apakah seseorang mampu menulis atau tidak.

Yang jelas, dengan 5W+1H, tulisan kita dari segi kelengkapan informasi – sekali lagi: kelengkapan informasi — tidak akan mengecewakan pembaca kita. Kalau ada yang kecewa itu biasanya karena disebabkan oleh kekurangtepatan kita mengungkap WHY dan HOW-nya di mata pembaca.

Jangan salah faham: rumus ini bukan hanya untuk nulis artikel, esai atau tulisan serius lain. Bahkan surat lamaran kerja, undangan meeting, surat cinta bahkan diskusi pendek-pendek di berbagai milis, rumus ini amat penting untuk menghindari kesalahpahaman dan kekuranglengkapan informasi.

Cukupkah berbekal rumus baku di atas? Tidak. Bagi mereka yang ingin menulis dan mendapat respon pembacanya, ada satu hal lagi yang tidak kalah pentingnya dari rumus 5W+1H. Yakni “Daya Tarik Tulisan”. Nah, disinilah kita mengatur gaya bahasa penyampaian suatu tulisan. Sesuai dengan bakat masing masing.

Lah... Njol..... Malah posting ndhobosanmu aku saiki... Wqeqeqeqe.....
Share on Google Plus

About Elang Raja

Menulis, menyusun, menyimpan dan mengingat beberapa gal yang sudah dan ingin ditelusuri dalam keseharian yang biasa biasa saja ini.

0 comments:

Post a Comment