Pencairan BLT..?

Masuk kantor siang hari ini.. Dapet shift kedua, jadinya bisa kongkow kongkow dulu di warung kampung.. Wqeqeqe.. Biasalah, ngrumpi.. Positifnya sech nambah wawasan tentang update an terbaru suasana kampungku sendiri. Lha sering pulang malem jee, jadi kadang ndak tahu kalau tetangganya punya baby baru atau, ada warga baru tinggal di kampungku.
Nah yang ini tadi dapet gosip kalau BLT di desaku mau dibagikan.. Akhirnya..?
Aku sendiri sech ndak begitu antusias sech.. Apalagi bermacam polemik yang terjadi karena pembagian BLT ini. Selain pro dan kontra berbagai pihak, pembagian BLT membuat aku berpikir tentang kaya dan miskin antara warga sekitar, yang akhirnya malan bikin emosi aja..
Sesuai berita yang kubaca dari sini, pembagian BLT di desaku yang termasuk bagian dari kab Semarang menggunakan data lama. Dan tentu saja akan menimbulkan beberapa masalah, seperti yang kubaca dari sini.

Lepas dari semua komentar orang orang, aku sendiri berpendapat BLT itu perlu. Tapi emang orang itu beda beda, isi kepalanya juga beda beda. Wqeqeqe..
Kita lihat saja kalau di Amerika kan kayaknya juga ada semacam subsidi untuk warga negaranya, entah sebutannya apa. Jangan minta aku buktikan dengan fakta riil yah.. Lha aku ya ndak tahu, selain yang dikatakan oleh Bapak Ahmad Daniri di sini. Tapi kalau lihat film film Amerika itu kan kayaknya ada kondisi seperti itu, dimana warga dengan batasan usia tertentu akan mendapatkan bantuan keuangan dari negara agar dapat hidup mandiri. Dan akhirnya realisasinya, warga tersebut harus keluar dari rumah orangtuanya dan hidup mandiri di apartemen. Juga ada bantuan dari negara untuk orang tua dengan aturan aturan tertentu, dan bila diketahui melanggar aturan, akan membuat bantuan itu dinonaktifkan.

Aku sendiri pernah tinggal di Malaysia baik di Sarawak maupun Kuala Lumpur. Kalau di Sarawak, aku pernah dapet cerita dari pribumi di sana, jika seorang anak lelaki suku pribumi di sana berumur 12 tahun lebih akan mendaptkan tanah dan bantuan uang dari negara. Bantuan ini ditujukan untuk meningkatkan produksi lada di daerah tersebut, dan menggalakkan warganya untuk menaikkan taraf hidupnya. Selain itu juga ada bantuan untuk warga melahirkan di sana, sehingga keluarga tak mampu masih dapat pelayanan layak saat menjalani proses melahirkan di rumah sakit.

Mungkin istilahnya berlainan, akan tetapi sebenarnya setiap negara berkewajiban menjaga kemakmuran warganya dengan berbagai cara. Malaysia pun melakukan beberapa langkah dalam menyikapi kenaikan harga BBM dunia, seperti yang diberitakan disini.

Bagiku sendiri, pembagian BLT membuat beberapa orang terkejut dengan kondisi sosial dan ekonomi masing masing orang. Adakah ia kaya atau ianya miskin. Seperti yang diungkapkan PW Muhamadiyah di sini. Bantuan ini lebih di sorot sebagai penunjuk tingkat ekonomi masing masing warga, bukan sebagai realita wajar dari tanggung jawab pemerintah untuk warganya. Kebanyakan orang yang tidak setuju akan memandang sinis pada program ini, dan malah kebanyakan berteriak nyaring, membodoh bodohkan peerintah, seakan orang tersebut mampu mengatasi masalah kemasyarakatan seperti ini.

Aku tumbuh di lingkungan menengah ke bawah, dan banyak melihat banyak sisi tentang arti bertahan hidup. Saat orang di kalanganku berteriak menolak BLT, aku akan benar benar berpikir tentang apa yang di dalam pikirannya, tentang apa yang menjadi pertimbangannya. Tapi saat orang kalangan mennengah ke atas meneriakkan hal yang sama, aku hanya ingin mengampirinya dan menyeretnya ke beberapa sisi kehidupan orang mengah ke bawah.
Jangan hanya melihat, karena tetap saja tak akan tahu rasanya.

Aku bukan indikator apa apa. Hanya saja kalau banyak orang bisa melihat berbagai hal dari sisi positif saja, mungkin keadaan akan berubah lebih baik. Orang orang tanpa melihat kondisi sosial dan ekonominya. So, kalau anda punya TV, tentu anda sering melihat iklan layanan masyarakat yang menegaskan berbuat satu hal kecil hari ini, akan mengakibatakkan jaringan besar dari perbuatan kita tersebut.
Share on Google Plus

About Elang Raja

Menulis, menyusun, menyimpan dan mengingat beberapa gal yang sudah dan ingin ditelusuri dalam keseharian yang biasa biasa saja ini.

0 comments:

Post a Comment